Laporan FARFIS II "Fenomena Distribusi"



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana sistribusi suatu senyawa  antara 2 fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada sifat fisik-kimia antara pelarut dan senyawa tersebut.
Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.
Fenomena distribusi termasuk di dalamnya adalah koefisien distribusi yang erat hubungannya dengan ilmu farmasi (ilmu resep). Satu hal penting dari fenomena distribusi adalah sifat senyawa obat itu agar dapat melalui membran sel yang terdiri dari lipoprotein atau suatu lapisan hidrofil dan hidrofob.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien partisi dengan cara mencampur dua zat yang bersifat saling bertolak belakang/tidak saling  bercampur. Dengan percobaan ini,
B. Rumusan Masalah
            Adapu rumusana masalah dari percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan koefisien partisi asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air serta dalam pelarut minyak kelapa yang tidak saling bercampur ?


C. Tujuan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah Menentukan koefisien partisi asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air serta dalam pelarut minyak kelapa yang tidak saling bercampur.
D. Manfaat
            Adapun manfaa dari percobaan adalah agar mahasiswa dapat menentukan koefisien partisi asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air serta dalam pelarut minyak kelapa yang tidak saling bercampur.















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu Dan Tempat
            Praktikum Farmasi Fisika II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 november 2015 pukul 08.00 WITA dilaboratorium Farmasi Fisika Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo
B. Alat Dan Bahan
      1.            Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk, gelas ukur 50 mL, buret 50 mL, gelas kimia 500 mL, timbangan analitik, sendok tanduk, statif dan klem, pipet tetes, pipet volume 25 mL, filler.
      2.            Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah indicator fenolftalein, asam borat, asam benzoat, aquadest, minyak,







C. Prosdur kerja
      1.            Ditimbang 100 mg asam borat di atas timbangan analitik/timbangan miligram, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL
      2.            Dilarutkan dengan aquadest secukupnya hingga tidak ada partikel sampel yang tertinggal pada  dasar (melarut seluruhnya), kemudian dicukupkan volume larutan hingga 100 mL dengan aquadest
      3.            Diambil 25 mL dari larutan tersebut, dimasukkan dalam corong pisah, dan ditambahkan dengan 25 mL minyak kelapa ke dalam corong pisah tersebut.
      4.            Dikocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah tadi, dan didiamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain.
      5.            Dibuka tutup corong pisah, lalu ditampung cairan, yang berada  sebelah bawah corong pisah, dalam sebuah erlenmeyer 250 mL, cairan lainnya dibuang.
      6.            Ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer berisi cairan/asam borat yang dikeluarkan dari corong pisah.
      7.            Dititrasi larutan dengan titran larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna indicator dari bening menjadi merah muda.
      8.            Titrasi dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan perubahan warna indicator dari bening menjadi merah muda.
      9.            Dicatat volume titrasi yang digunakan dan dihitung koefisien partisinya
  10.            Diulang prosedur di atas untuk sampel asam benzoat sebanyak 100 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Logaritma koefisien partisi 1-oktanol-air molekul (log P) senyawa, yang merupakan ukuran hidrofobik, banyak digunakan dalam berbagai model Quantitatif Struktur-Aktivitas Relationship (QSAR) untuk meramalkan sifat-sifat farmasi molekul [1-7]. Dalam kimia obat ada minat lanjutan dalam mengembangkan metode berasal log P berdasarkan struktur molekul. Dari sudut pandang uji coba metode kesetimbangan untuk penentuan koefisien partisi yang sulit atau dalam beberapa kasus tidak mungkin seperti dalam kasus senyawa stabil atau karena kotoran (Souza dkk; 2011).
            Penelitian ini didasarkan pada korelasi antara logP dan indeks Kovats menggarisbawahi kemungkinan menggunakan GLC untuk estimasi koefisien oktanol partisi / air bukan kromatografi cair, dalam kasus senyawa volatil. Hubungan linear antara dua parameter dalam seri homolog dapat diperpanjang untuk hubungan yang lebih umum, berlaku untuk set peningkatan keragaman struktural (Persamaan 2-5). Pada penelitian ini, beberapa deskriptor yang berkaitan dengan sifat-sifat physicom kimia dari zat terlarut diuji, tetapi banyak deskripsi lain mungkin memberikan hasil yang signifikan (Spafiu dkk; 2009).
            Secara teoritis, nilai ini adalah independen dari jenis sedimen, spesies, suhu, konsentrasi eksposur atau hidrofobik dari senyawa. Ketika koefisien partisi antara sedimen dan biota diketahui, konsentrasi total dalam sedimen (nmol g-1 OC) dapat digunakan untuk memberikan perkiraan konsentrasi pada organisme terkena (nmol g-1 lip) (Arto, 2008).





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
No.
Perlakuan
Perekasi
Gambar
Hasil
1.
Larutan asam benzoate 25 mL + minyak 25 mL dikocok, didiamkan selama 15 menit
Indicator fenolftalein 1% 3 tetes, dititrasi dengan NaOH 1%

0,2 mL
2.
Larutan asam borat 25 mL + minyak kelapa 25 mL, didiamkan selama 15 menit
Indicator fenolftalein 1% 3 tetes, dititrasi dengan NaOH 1%

0,9 mL







B. Pembahasan
Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda  yang tidak saling bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi adalah pelarut pertama dan pelarut kedua.
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Sedangkan, Koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur.
Pada percobaan menentukan koefisien partisi. Pertama-tama timbang asam borat sebanyak 100 mg, kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, larutakan dengan aquadest sebanyak 100 ml, kemudian ambil 25 ml dari larutan tersebut,  masukkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur 50 mL, dan tambahkan 25 ml minyak kelapa. Setelah itu, dikocok selama 5 menit campuran di dalam gelas ukur 50 mL, diamkan selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain. Selanjutnya diambi larutan dengan menggunakan pipet volume, pisahkan air dari minyak dengan menampung air dalam erlenmeyer, tambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer, titrasi larutan dengan larutan baku NaOH 1% N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Kemudian diambil 25 ml larutan asam borat yang telah dicukupkan dengan aquadest, kemudian ulangi prosedur kerja menggunakan asam benzoate, lalu dihitung koefisien partisinya.
Asam borat dan asam benzoate digunakan karena asam borat dan asam benzoate dapat larut dalam air dan minyak, dan karena asam borat dan asam benzoate memiliki dua sifat yaitu sifat polar dan nonpolar.
Alasan penggunaan air dan minyak kelapa dalam percobaan dengan menggunakan partisi karena kedua pelarut ini tak dapat larut satu sama lain tetapi sampel asam borat dapat larut dalam minyak dan air. Hal ini disebabkan karena air merupakan pelarut polar sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut non polar dan karena pada minyak terdapat karbon sehingga menyebabkan bentuk streokimianya simetris sehingga tidak memiliki momen dipol.
Alasan asam borat dan asam benzoat ditambahkan ke dalam minyak kelapa dan air kemudian  dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian setelah itu di lakukan  pengocokan, karena agar zat dapat mengadakan keseimbangan antara yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak kelapa. Pada percobaan ini dilakukan pengocokan selama 5 menit agar gugus polar dan non polar dari asam borat maupun dari asam benzoat dapat bereaksi dengan air dan minyak sehingga dapat dilihat pada pelarut mana kelarutannya paling besar.
Tujuan dari campuran dalam corong pisah didiamkan selama 10-15 menit, karena agar pemisahan antara minyak dan air bisa sempurna. Alasan mengapa yang dilakukan titrasi hanya pada fase air saja. dikarenakan bila lapisan minyak yang dititrasi maka akan terjadi reaksi saponifikasi (penyabunan).
Metode titrasi yang digunakan dalam percobaan ini  adalah alkalimetri yang dilakukan berdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi dengan titran basa akan bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat diperoleh titik akhir titrasi dengan melihat perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda.
Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri yang digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah ditambahkan indikator fenolftalein dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi reaksi antara sampel asam yaitu asam borat atau asam benzoat dengan titran basa yaitu NaOH membentuk larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik ekuivalen. Pada titik ekuivalen ini, belum terjadi perubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja larutan NaOH akan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang berasal dari reaksi antara kelebihan titran basa dengan indikator fenolftalein.











BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
             Kesimpulan ang diperoleh berdasarkan percobaan ang telakukan adalah untuk sampel asam benzoate yang telah dititrasi menggunakan indicator fenolftalein dihasilkan perubahan dari bening menjadi ke merah muda dengan menggunakan 0,2 mL larutan baku, sedangkan untuk sampel asam borat yang telah dititrasi dengan menggunakan indicator fenolftalein dihasilkan perubahan warna dari bening ke merah muda dengan menggunakan 0,9 mL larutan baku.
B. Saran
            Saran yang diberikan adalah untuk praktikum selanjutnya alat yang digunakan untuk praktikum lebih lengkap dilaboratorium agar dengan tersedianya fasilitas, keberhasilan dan kelancaran praktikum dapat dicapai.









DAFTAR PUSTAKA
Arto, S., 2008, Bioavailability assessment of sediment-associated organic   compounds through    desorption and pore water concentration, PhD           Dissertations in Biology No: 55, ISSN 1795-7257

Souza, E, S., Laize, Z., Carlos, A., dkk, 2011, Estimating the Octanol/Water          Partition Coefficient for Aliphatic Organic Compounds Using Semi-      Empirical Electrotopological Index, Int. J. Mol. Sc.

Spafiu, F., Alice,M., Petre, I, dkk, 2009, New alternatives for estimating the          octanol/water partition coefficient and water solubility for volatile organic         compounds using GLC data (Kovàts retention indices), ARKIVOC (x) 174-     194.                

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Sediaan Steril "Salep Mata"

laporan praktikum FARFIS II "Sedimentasi Partikel Suspensi"