Artikel Toksikologi "NAPZA"
ARTIKEL
TOKSISITAS NAPZA
A.
NAPZA

NAPZA (Narkotika, Psikotropika,dan Zat
Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia
akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA
secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial(Sholihah, 2015).
B.
Narkotika
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun
1997 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
dibedakan ke dalam narkotika golongan
I, narkotika golongan II dan narokotik golongan III.
Istilah narkotika berasal dari kata
“narkose” yang artinya membius, namun demikian narkotika bukan obat bius. Dalam
klinik narkotika digunakan untuk analgesik dan antitusif (penekan batuk).
Narkotika merupakan narkoba yang paling sering disalahgunakan. Contohnya, yaitu
opium, heroin, ganja dan kokain. Narkotika dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, menghilangkan nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
1. Opium

Gambar 1. Opium
Opium adalah getah yang membeku yang diperoleh dari
menorah buah tanaman Papaver somniferum.
Opium mentah melalui berbagai proses akan menghasilkan canndu.
2. Heroin

Gambar 2. Heroin
Heroin disintesis dari morfin atau kodein dan
mempunyai efek analgesic yang lebih kuat dibandingkan morfin dan kodein. Heroin
tidak digunakan dalam medis karena sangat cepat menimbulkan ketergantungan dan
euphoria. Dalam perdagangan (illegal) kemurnian dengan kadar yang sangat
bervariasi. Penggunaan heroin dapat melalui injeksi, dihisap (rokok), dan
dihirup melalui hidung (snorted).
Efek yang timbul dari pemakaian heroin illegal
bervariasi dan sukar diprediksi. Banyak faktor yang berpengaruh seperti
kemurnian, dosis, rute pemberian, frekuensi pemakaian, sering atau lamanya pada
umumnya sekitar 3-4 jam. Berikut contoh beberapa efek yang dipengaruhi oleh
dosis dan lamanya pemakaian.
a. Mekanisme
Heroin
Heroin
merupakan analgesik yang sangat kuat dan mempunyai reseptor yang berlokasi di otak dan medulla spinalis yang dapat
mempengaruhi transmisi dan modulasi nyeri. Terdapat tiga reseptor, yaitu µ
(mu), δ (delta), dan χ (kappa). Didalam otak terdapat 3 jenis zat endogen
yang berfungsi sebagai NT yang
aktivitasnya seperti, heroin, yaitu enkephalin yang berikatan dengan reseptor δ
(delta), endorphin berikatan dengan µ (mu) dan dinorpin berikatan dengan χ
(kappa). Reseptor
µ merupakan reseptor heroin atau morfin. Ketiga jenis reseptor tersebut
berhubugan dengan protein G dan berpasangan dengan adenilsiklase yang
menyebabkan penurunan pembentukan siklik AMP sehingga pelepasan
neurotransmitter terhambat.
b. Efek
Heroin pada Dosis Normal
1) Euforia
Heroin menyebabkan
perasaan enak dan bahagia (euphoria) yang dapat timbul pada pemakaian 3-4 kali
dengan dosis yang sesuai. Jika ada yang berpendapat bahwa sekali memakai heroin
dapat menimbulkan euphoria itu adalah tidak benar.
2) Menghilangka
Nyeri
Heroin mempunyai day
analgesic sekitar 100 kali dibandingkan dengan morfin, namun demikia sampai
sekarang tidak digunakan dalam terapi karena cepat menimbulkan ketergantungan
dan toleransi.
3) Heroin
merangsang system parasimpatik sehingga menimbulkan depresi pernapasan, denyut
jantung melemah, menurunkan tekanan darah, menekan libido, pupil mengecil,
mulut kering, mual, muntah dan konstipasi.
c. Efek
Heroin Dosis Tinggi
Efek
yang timbul pada dosis normal akan meningkat intensitasnya dan disertai efek
berikut:
1) tidak
mampu berkonsenstrasi
2) tidur
yang dalam (fall a sleep)
3) pernapasan
yang lambat dan dalam
4) berkeringat,
gatal, dan jumlah air seni meningkat.
d. Efek
Heroin pada Over Dosis
Efek
yang timbul pada dosis tinggi akan
meningkat intensitasnya ditambhan dengan penurunan suhu tubuh dan denyut
jantung tidak teratur. Kematian dapat terjadi karena depresi pernapasan yang
berat. Efek seperti ini juga dapat terjadi pada penggunaan dosis normal yang
dikombinasikan dengan benzodiazepim atau alcohol.
e. Efek
Lain
Heroin
pada umumnya digunakan melalui injeksi dan jika spoitnya tidak steril dan
berganti-ganti dengan penyalahguna lain akan menimbulkan banyak masalah. Antara
lain, flebitis, penularan hepatitis C, hepatitis B, HIV atau infeksi yang lain,
Selain itu, heroin illegal sering dicampur dengan zat atau obat lain seperti
kaefein, gula dan benzodiazepim. Kelarutan campuran zat di atas menjadi sangat
jelek sehingga kalau dipakai melalui
injeksi dapt menyumbat vena, menimbulakn emboli dan dapat berakibat fatal.
Setelah
terjadi ketergantunngan, penghentian pemakaian akan menimbulkan wirthdrowal atau putus obat atau istilah
umumnya sakaw. Putus obat merupakan respon tubuh karena heroin yang sudah
dianggapnya merupakan bagian normal dari tubuh, tiba-tiba tidak ada lagi. Saat
sakaw responnya beragam antara lain nyeri, pusing, mual, muntah dan craving (keinginan yang sangat kuat).
3. Kanabis
atau Ganja

Gambar 3. Ganja
Kanabis atau ganja berasal dari tanaman Canabis sativa. Nama lainnya adalah chabaras, marina, grass, dope, pot, weed,
mull, bbang, dan basbisb. Ganja
telah digunakan berates-ratus tahun unntuk kepentingan ritual. Efek psikoaktif
ganja karena mengandung tetrahidrokanabinol atau THC. THC termasuk depresan SSP
yang mempunyai efek halusinogenik. Ada 3 bentuk kanabis yang disalahgunakan,
yaitu mariuana (daun atau bunga) yang dikeringkan, harshis (resin THC), dan
minyak harshis.
a. Efek
Ganja pada Dosis Normal
Efek timbul setelah 2-3
jam setelah meroko ganja, yaitu berupa
1. Rilek,
tenang, kalm, dan bahkan tertawa sendiri
2. Pada
awal pemakaian merangsang nafsu makan (the
muncbies effect)
3. Daya
ingat berkurang atau hilang
4. Mata
merah dan tekanan darah turun
b. Efek
Ganja pada Dosis Besar
Dosis
besar akan menimbulkan efek seperti di atas tetapi dengan intensitas yang lebih
tinggin dan masih disertai dengan efek lain seperti dingin, kelelahan,
euphoria, halusinasi, gelisa, panic dan paranoid.
c. Efek
Jangka Panjang
Dari berbagai
peneltian, efek jangkan panjang pemakaian ganja beru:
1) Gangguan
saluran pernapasan
Pemakaian kanabis
umumnya dirokok atau dihisap. Kanabis mengandung tar lebih banyak dibandingkan
tembakau, maka perokok ganja akan lebih besar krmungkinan terserang bronchitis.
2) Hilang
Motivasi
Penggunaan ganja akan
mengalami lemah fisik, halusinasi sehingga prestasi kerja dan belajar menurun
drastis.
3) Fungsi
Otak Menurun
Kanabis dapat
menghilangkan kemampuan mengingat, konsentrasi dan dampaknya baru kembali
setelah beberapa bulan berhenti menggunakan.
4) Gangguan
Hormon
Terjadi gangguan
hormone reproduksi baik pada wanita atau laki-laki yang dapat berakibat gairah
sex menurun. menstruasi tidak teratur dan jumlah sperma menurun.
5) Gangguan
Sistem Saraf
Telah banyak ditemukan
penggunaan jangka panjang kanabis dapat mengalami psikosis (gangguan jiwa) yang
ditandai dengan halusinasi, delusi dan paranoid.
4. Kokain

Gambar 4. Kokain
Kokain tersedia dalam berbagai bentuk tetapi yang
sering digunakan adalah bentuk serbuk yang digunakan dengan cara dihirup atau
disuntikan. Kokain dalam bentuk serbuk tidak dapat di rokok karena tidak tahan
pemanasan. Sediaan yang dapat di rokok adalah bentuk ekstrak (Kristal) yang
sering disebut “crack”
Kokain adalah stimulant SSP yang dapat meningkatkan
denyut jantung, midriasis, meningkatkan kewaspadaan, dan menunda kelelahan.
Kokain termasuk perangsang system saraf simpatik, Walaupun kokain merupakan
stimulant yang kuat tetapi tidak digunakan dalam pengobatan. Karena kokain
mempunyai durasi oendek juga cepat menimbulkan ketergantungan dan toleransi.
Kokain diperoleh dari ekstraksi tumbuhan Erythroxylon
coca yang banyak terdapat di Amerika Latin.
Karena Semua penyalagunaan menggunakan kokain
illegal maka efek yang ditimbul tidak dapat diprediksi. Banyak factor yang
mempengaruhi efek yang ditimbulakn antara lain dosis, kemurnian, cara pemakaian
dan sering atau tidaknya memakai.
a.
Mekanisme Kokain
Secara
farmakologi kokain dapat berefek
anastesi lokal, vasokonstriksi pembuluh darah, dan psikostimulan. Efek
stimulant dari kokain karena kokain meningkatkan kerja dopamin, NE, dan
serotonin dengan cara menghambat pengambilan ke 3 NT di atas keempat
penyimpanannya sehingga kerjanya menjadi lebih panjang. Peningkatan NT,
terutama dopamine di nucleus aacumben bertanggung jawab terhadap timbulnya
euphoria dan adiktif
b. Efek
Kokain Dosis Normal
1) Mengurangi
nafsu makan
2) Meningkatkan
denyut jantung
3) Euphoria
4) Pupil
melebar dan pandangan kabur
5) Agitsi
6) Kewaspadaan
dan rasa percaya diri meningkat
7) Dorongan
sex meningkat.
c. Efek
Kokain Dosis Tinggi
Selain
efek di atas, dapat timbul efek seperti sakit kepala, gelisah, perilaku
agresig, hilang konsentrasi, kehilangan libido, hilang motivasi dan ambisi,
nyeri, dan gangguan jantung
d. Efek
Penggunaan Jangka Panjang
Penggunaan
jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan baik psikis atau fisik atau bahkan
gangguan jiwa. Tanda-tanda sakit jiwa dapat berupa paranoid, agitasi dan
halusinasi. Putus obat karena kokain dapat menimbulkan depresi yang sangat
dalam (berlawanan dengan efeknya sebagai stimulansia), ingin bunuh diri,
muntah, kelelahan, perasaan sangat lapar, gangguan tidur, nyeri otot dan craving.
C.
Psikotropika
Menurut
Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunansaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental danperilaku. Psikotropika dibedakan dalam psikotropika golongan I, psikotropika golonga II,
psikotropika golongan III, dan golongan psikotropika golongan IV.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah atau sintesis( bukan narkoba) yang dapat mempengaruhi SSP, aktivitas
mental atau perilaku, dalam medis obat golongan
Psikotropika Sering disebut sebagai obat keras tertentu (OKT).
1. Amfetamin

Gambar 5.
Amfetmin
Amfetamin merupakan stimulant yang kuat, jauh lebih
kuat disbanding kafein dan nikotin. Efek stimulansiannya relative sama dengan
kokain tetapi durasinya lebih panjang, lebih mudah diperoleh, dan harganya
lebih murah. Oleh karena itu, penyalahgunaan banyak yang beralihdari kokain ke
amfetamin. Speed adalahnama jalanan
untuk zat illegal yang terdapat amfetamin. Produk illegal selain mengandung
amfetamin juga dicampur dengan klorokuin, efedrin, papaverin, atau kafein. Di
Indonesia produk campuran diatas sering digunakan sebagai amfetamin
“abal-abal”.
a. Mekanisme
efek amfetamin
Efek
amfetamin atau ATS pada umumnya karena kemampuannya dalam menorong pelepasan NE
dan dopamine dari tempat penyimpanannya diujung saraf presinaptik. Efek yang
timbul pada system saraf prifer kemungkinan hasil dari peningkatan kadar NE.
perubahan perilkau dan peningkatan aktivitas psikomotor yang muncul karena
peningkatan perangsangan reseptor dopamine di sistem misolimbik (termaksud nukleous accumbent).
b. Efek
amfetain dosis normal
1) Menstimulasi
system saraf simpatik mnimbulkan efek peningkatan denyut jantung, nafas cepat,
mulut kering, berkeringat, midriasis, dan sakit kepala.
2) Merasa
lebih berergi dan waspada, banyak bicara, dan rahang menegang (gerakan mengunyah).
3) Mengurangi
nafsu makan.
4) Respon
yang berlebihan terhadap suatu rangsangan.
c. Amfetamin
dosis tinggi
Dosis
amfetamin menyebabkan kulit pucat, sakit kepala, dizziness, pandangan kabur,
tremor, denyut nadi tidak teratur, kram perut, berkeringat, resah, napas tidak
teratur, dan hilangnya koordinasi (ataksia). Selain itu, amfetamin dosisi
tinggi dapat menyebabkan psikosis.
d. Efek
jangka panjang
Untuk
mengurangi efek diatas pengguna mengatasinya dengan minum alkohol,
benzodiasepin, dan kanabis. Efek tambahan pada penggunaan jangka panjang
meliputi:
·
Malnutrisi, karena
amfetamin mengurangi nafsu makan.
·
Mudah terkena infeksi
karena penggunaan jangka panjang menyebabkan kurang tidur dan kurang gizi.
·
Berperilaku keras dan
kasar.
·
Toleransi dan
ketegantungan.
2.
Ekstasi

Gambar 6.
Ekstasi
Ekstasi adalah nama jalanan (street name) dari 3,4 metilen dioksida
metamfetamin (MDMA). Selain mempunyai efek stimulasi seperti amfetamin, ekstasi
juga mempunyai efek halusinogen seperti lisergid
acid dietrylamine (LSD). Ekstasi di Indonesia kadang-kadang besisi campuran
dari amfetamin, MDMA, metafetamine (MA), dan metilen dioksida ethamfetamin
(MDEA) yang semua itu sering disebut amfetamin
type stumulan (ATS). Dari zat di atas amfetamin dan metamfetamin mempunyai
efek stimulansia. MDEA dan MDMA selain dapat sebagai stimulansia juga
menimbulkan juga menimbulkan halusinasi, dan zat demikian disebut sebagai
entagtogen.
a. Efek
ekstasi
Segera setelah meminum
ekstasi timbul efek seperti :
1)
Mual dan muntah
2)
Tumbuh terasa panas
(suhu tubuh meningkat)
3)
Jantung berdebar
(perangsangan simpatik)
4)
Ketergantungan otot
terutama rahang (gerakan mengunyah)
5)
Pupil melebar sehingga
susah melihat dengan fokus, dan
6)
Bingung atau panik.
Efek
di atas umumnya akan hilang setelah 1 jam bersamaan tercapainya keseimbangan
antara absorbsi dan eliminasi (plateu).
Setelah sfek di atas dilalui akan timbul
seperti :
1) Euforia
2) Sensasi
terhadap sinar, suara dan sentuhan meningkat sehingga sesuatu yang normal
kelihatan lebih baik.
3) Meningkatnya
rasa ingin berdekatan (romantis), terbuka dan cinta, maka disebut “love drug”
4) Energi
meningkat, percaya diri dan banyak bicara
5) Berkeringat,
dehidrasi dan sangat haus
6) Depresi,
iritable, gelisah, dan paranoid.
b. Efek
jangka panjang
Ekstasi
bekerja secara tidak langsung mendorong pelepasan serotonin (neurotransmiter),
efek sebagaimana disebutkan di atas karena kadar serotonin dalam darah
meningkat. Namun demikian, saat tidak menggunakan lagi, kadar serotonin akan
lebih renddah di bandingkan biasanya (normal), maka dapat menimbulkan depresi,
gelisah kelelahan, tidak punya energi, dan paranoid. Kondisi demikian mendorong
pemakaian berulang (ketergantungan), bahkan tidak dosis yang lebih tinggi
karena mengalami toleransi (cadangan dan sintesa serotonin sudah berkurang).
c. Efek
Ekstasi yang Lain
Peningkatan
suhu tubuh dapat tidak terkendali lebih-lebih jika di pakai di lingkungan night
club yang lembab, panas, untuk aktivitas dansa berjam-jam. Suhu tubuh yang
tinggi akan menyebabkan banyak keringat keluar sehingga timbul dehidrasi. Untuk
mengkompensasi hal tersebut, pemakai akan minum dalam jumlah yang berlebihan
menyebabkan terjadinya pengenceran mineral-mineral tubuh. Pengenceran mineral
(elektrolit) dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan otak (sweel), koma, dan kematian.
Tanda-tanda
adanya dehidrasi antara lain, tidak dapat bicara dengan tepat, tidak bisa
kencing, tidak berkeringat walaupun dansa terus menerus, kecepatan jonus
jantung tidak berkurang walaupun sudah berhenti dari dansa, dan kejang.
3. LSD

Gambar 7.
LSD
LSD termaksuk halusinogen
yaitu zat yang dapat menimbulkan halusinasi. Halusinasi adalah timbulnya
perubahan persepsi pada seseorang yang menyebabkan adanya sesuatu yang terlihat
atau terdengar tetapi sebenarnya tidak ada. Selain LDS zat yang dapat
menimbulkan efek seperti ini adalah kanabis, MDMA, MDEA, psilosibin, dan
tanaman (kecubung).
Efek
halusinogen dapat menimbulkan sensasi yang menyenangkan atau sebaliknya.
a. Efek
setelah memakai LSD
1)
Otot terasa melilit
(sakit)
2)
Mual, muntah dan terasa
tergoncang-goncang
3)
Denyut jantung dan
tekanan darah meningkat
4)
Pernapasan cepat dan
dalam
5)
Gangguan koordinasi
b. Halusinasi
karena LSD
1) Warna
kelihatan lebih cerah, suara lebih keras, dan tajam
2) Distorsi
ruang dan waktu
3) Tubuh
terasa terbang atau merupakan benda lain
4) Emosional
swing (tiba-tiba
berubah dari gembira ke sedih tanpa ada alasan atau sebaliknya)
5) Halusinasi
flash back(merasa mengalami peristiwa
lampau) walaupun sudah lama tidak menggunakan LSD.
c. Efek
Halusinasi yang Menakutkan
1) Cemas
dan takut yang luar biasa
2) Ada
laba-laba yang menjalar di seluruh tubuhnya
3) Panik
yang dapat merangsang pembuatan perbuatan yang beresiko
4) Paranoid,
dan
5) Bunuh
diri.

Gambar 8. Psilosibin
(Magic mushroom)
Psilosibin adalah halusinogen yang
terdapat pada jamur yang tumbuh pada kotoran sapi, kuda atau kerbau. Secara
kimiawi psilosibin mirip dengan LSD sehingga mempunyai sfek yang serupa. Zat
ini sering digunakan oleh suku-suku tertentu pada saat upaca adat.
D.
Zat Adiktif Lainnya
Zat
adiktif lain yang di maksud adalah zat yang dapat menimbulkan
ketergantungan atau psikoaktif tetapi secara undang-undang tidak termaksuk
narkotika maupun psikotropika. Antara lain, yang akan di bahas disini adalah
alkohol dan pelarut organik.
1.
Alkohol
Alkohol
merupakan sumber energi potensial, 1 gram menghasilkan kkal, bandingkan dengan
karbohidrat yang hanya meghasilkan 4,2 kkal setiap gramnya. Karena itu, alkohol
bagi orang Eropa atau bersuhu dingin lainya di gunakan untuk menghangatkan
badan. Namun, pada penggunaan yang tiddak terkontrol akan menimbulkan akibat
sebagai berikut :
a. Ketergantungan
b. Pola
makan tidak teratur
c. Peradangan
dan peradangan usus
d. Kekurangan
vitamin, karena alkohol akan mengurangi nafsu makan dan menghambat absorbsi
beberapa vitamin
e. Kekebalan
ubuh menurun
f. Peradangan
hati atau hepatitis
g. Kerusakan
otak, kaki dan tangan gemetar
h. Denyut
jantung tidak teratur
Bahaya
di atas meningkat jika alkohol yang di minum adalah ilegal atau alkohol yang di
peruntuhkan sebagai anti septik. Alkohol tersebut tidak untuk di konsumsi,
umumnya mengandung etanol yang dapat menimbulkan kebutaan. Di samping itu,
alkohol akan menimbulkan iritasi lambung yang besar jika di konsumsi dengan
AINS, dan dengan psikotropika akan meningkatkan terjadina depresi.
2. Pelarut
organik
Pelarut
oraganik adalah zat yang dapat menguap pada temperatur kamar. Zat ini dapat di
temukan pada ratusan bahkan ribuan prodak kimiawi rumah tangga atau industri
sebagai pelarut atau ingridiens. Pelarut organik misalnya terdapat pada minyak
petrolium, lem, obat anastesi, cairan pembersih, cairan poles, tip-ex, tinner
dan cat.
Banyak
orang yang menghirup pelarut organik (sniff) yang terdapat pada cat atau lem
untuk mendapatkan efek ‘high sebagaimana di dapat memakai psikotropika atau
alkohol. Tindakan demikian sangat berbahaya bagi saluran pernapasan ginjal dan
hepar, karena pelarut organik sangat toksik dan tidak di perbolehkan masuk
dalam tubuh walaupun hanya sedikit.
Menghirup
uap pelarut organik dapat menyebabkan kerusakna mukosa hidung, bronkus,
hepatitis, dan gagal ginjal. Hal ini perlu di tekankan, terutama pad anak-anak
jalanan yang memakai zat ini karena kesulitan mendapatkan zat lain padahal
mereka telah ketergantungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Priyanto.(2009). Toksikologi
Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Jakarta: Lembaga Studi dan
Konsultasi Farmakologi Indonesia (LESKONFI).
Sholihah,
2013, Efektivitas Program P4GN terhadap Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, Jurnal
Kesehata Masyarakat, 154.
Comments
Post a Comment