Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi Percobaan 5 "Morfologi Mikroba"


BAB  I
 PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Dalam praktikum ini hanya melakukan teknik pengecatan sederhana dan pengecatan diferensial.
Dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
B.   Rumusan Masalah
     Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana kiata dapat mengenali bentuk dan morfologi sel dan koloni mikroorganisme ?
C.   Tujuan
       Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bentuk dan morfologi sel dan koloni mikroorganisme.
D. Manfaat praktikum
Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini adalah agar dapat mengetahui mengetahui bentuk-bentuk bakteri gram positif dan gram negatif dengan teknik pewarnaan sederhana.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
  Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo, 1990). Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo, 1990).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo, 2004).
Banyak senyawa organik berwarna (zat pewarna) digunakan untuk mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis. Telah dikembangkan prosedur-prosedur pewarnaan untuk mengamati dengan lebih baik tampang morfologi mikroorganisme secara kasar, mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme, dan membantu mengidentifikasi juga membedakan organisme yang serupa. Sedangkan langkah-langkah utama dalam mempersiapkan spesimen mikroba yang diwarnai untuk pemeriksaan mikroskopik antara lain, penempatan olesan atau lapisan tipis spesimen pada kaca objek, fiksasi olesan itu pada kaca objek, serta aplikasi tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna atau reagen (pewarnaan diferensial) (Pelczar dan Chan, 1986).
Untuk mewarnai bakteri, ada beberapa hal yang diperhatikan, yaitu bakteri haruslah diambil dari suatu piaraan yang masih muda untuk memperlihatkan bentuk morfologinya, bakteri diratakan di atas kaca benda yang bersih, jika sudah kering sediaan perlu dilewatkan nyala api perlahan-lahan supaya bakteri itu benar-benar melekat pada kaca benda, zat warna diteteskan pada bidang yang mengandung bakteri, juga mungkin seluruh kaca benda tersebut direndam miring dalam zat warna. Zat warna diberi waktu beberapa lama agar diresap oleh bakteri yang sudah kering (Dwidjoseputro, 2003).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zatwarna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkanmenjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ionyang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarnanegatif (Ramona dkk, 2007).
Pengamatan morfologi koloni mikroba berdasarkan pada bentuk bentuk, tepian dan warna koloni yang diduga dari jenis bakteri asam laktat. Pengamatan bentuk sel berdasarkan pengamatan mikroskopis pada perbesaran 1000x (Purwohadisantoso dkk, 2009).
Data morfologi koloni bakteri yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Pengamatan tentang karakteristik morfologi koloni bakteri perlu dilakukan, agar mempermudah dalam proses identifikasi jenis bakteri. Berdasarkan ciri morfologi koloni bakteri dan biakan murni maka dapat dilakukan proses identifikasi jenis-jenis mikroorganisme, namun untuk memperoleh hasil identifikasi yang sempurna maka harus dilanjutkan dengan uji biokimia (Fitri dan Yekki, 2008).
B. Uraian Bahan
a.  Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi        : Aqua Destillata
Nama Lain         : Air Suling, Aquadest
Rumus Kimia      : H2 O
Berat Molekul    : 18,02
 Pemerian            : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak      mempunyai rasa.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup.
b. Alkohol (Dirjen POM, 1979 : 65) 
Nama resmi         : Aethanolum
Nama latin           : Etanol, alcohol
RM/BM               : C2H6O/46,07
Pemerian              : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut,  menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah.
Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk jauh dari nyala api.
c. Metilen Biru (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi            :  Methylthionini Chloridum
Nama lain               :  Biru metilen
RM / BM               :  C₁₆H₁₈CINS.3HO / 373,90
Pemerian                : Hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau. Stabil di udara, larutan dalam air dan dalam etanol berwarna biru tua
Kelarutan               :  Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol
Penyimpanan         :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan               : Sebagai cat utama dalam pengecatan sederhana.






BAB III
METODE PERCOBAAN
A.    Alat dan bahan
1.         Alat
Alat dan kegunaannya yang digunakan dalam praktikum dapat dilihat pada tabel 1
Tabel l. Alat dan kegunaannya
No.
Nama Alat
Fungsi
1.
Mikroskop
Mengamati mikroorganisme
2.
Jarum inokulasi
Untuk mengambil biakan
3.
Bunsen
Untuk memijarkan atau sterilisasi secara manual
4.
Botol ampul
Tempat larutan
5.
Kaca obyek
Sebagai tempat penyimpan objek pada mikroskop.
6.
Pipet tetes
Untuk mengambil larutan.
7.
Kamera
Untuk memotret hasil pengamatan

2.      Bahan
Bahan dan kegunaannya yang digunakan dalam praktikum dapat dilihat pada tabel 2.


Tabel 2. Bahan dan kegunaannya
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1.
Aquades
Untuk membersihkan kaca objek setelah pewarnaan
2.
Zat Pewarna (Metilen Blue)
Untuk mewarnai sel bakteri
3.
Alkohol 70%
Untuk menstelilkan alat yang akan digunakan
4.
Tissue
Untuk membersihkan kaca obyek

B.     Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum pewarnaan sederhana adalah :
                        Disemprot kaca objek dengan alkohol dan melapnya dengan tissue agar tidak mengandung serat yang dapat mengganggu pengamatan terhadap bakteri, diviksasi, diambil biakan kultur pada tabung reaksi dengan menggunakan jarum ose  yang telah dipijarkan dan ditaruh diatas kaca objek, diviksasi agar merata, diteteskan larutan kristal violet diatas kaca objek dan ditunggu kurang lebih 30 detik, dilap kaca objek dengan tisu guna menghilangkan pewarnaan yang berlebih, dicuci lapisan pewarnaan dengan menggunakan aquades, dilap kaca objek dengan tissue, diamati dibawah mikroskop, dipotret bakteri yang nampak.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
     Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah gambar pengamatan bakteri dari mikroskop :
Description: D:\sssederhna.PNG 
     Preparat mikroba berwarna ungu dan berbentuk coccus (bulat) dengan berbagai variasi morfologi yang dibentuk oleh bakteri berbentuk coccus (bulat) tersebut, diantaranya berbentuk monococcus (coccus tunggal), dicoccus (berpasangan), streptococcus (membentuk untaian), dan staphilococcus (seperti buah anggur).
B.     Pembahasan
Mengamati sel bakteri dalam keadaan hidup cukup sulit, bukan saja karena ukurannya yang sangat kecil tetapi juga karena warna selnya yang transparan. Sel-sel bakteri praktis tidak berwarna bila berada dalam keadaan terlarut dalam medium cair. Untuk memenuhi kebutuhan pengamatan sel bakteri yang tembus cahaya itu, maka metode pewarnaan dikembangkan dan menjadi perangkat ilmu utama dalam bidang mikrobiologi selain tata cara penggunaan mikroskop.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Dalam praktikum ini hanya melakukan teknik pengecatan sederhana.
Pewarnaan sederhana merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dan sebainya) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai. Pewarna sederhana yang digunakan pada praktikum ini adalah kristal violet. Dari hasil pewarnaan dapat dikatakan bakteri yang diamati berbentuk bulat atau coccus..
Pengecatan sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri.  Pada pengamatan sel bakteri dengan menggunakan pewarnaan positif, pola warna terlihat pada sitoplasma sel yang diamati sedangkan latar belakang atau lingkungan dari sel tersebut berwarna bening. Metode pewarnaan sederhana positif ini juga disebut pewarnaan langsung karena metode ini mewarnai struktur sel mikroorganisme yang diamati. Teknik ini hanya menggunakan satu kaca objek dan zat pewarna yang digunakan dapat langsung diteteskan di atas kaca objek yang merupakan bidang apusan.
Zat pewarna adalah garam yang terdiri dari ion positif dan ion negatif, salah satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna itu berada pada ion positif sedangkan pada zat pewarna asam warna itu pada ion negatif. Hubungan bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar pada protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa. Kristal violet, safranin, methylen blue adalah beberapa zat pewarna basa yang lazim dipakai.
Sebelum dilakukan pewarnaan sel-sel bakteri terlebih dahulu difiksasi pada gelas objek. Jika sel-sel tidak difiksasi pada gelas objek maka lapisan sel yang akan diwarnai dapat tercuci selama prosedur pewarnaan. Yang dimaksud fiksasi adalah membunuh bakteri dan membuat sel-sel bakteri tersebut melekat pada gelas objek. Untuk tujuan ini biasanya digunakan panas. Prosedur yang sering dilakukan terdiri dari penyebaran kultur mikroba pada gelas objek sehingga terbentuk lapisan sel yang tipis, pengeringan di udara terbuka, dan fiksasi secara singkat di atas nyala api.
Pada pengecatan sederhana khususnya pewarnaan basa atau positif, bertujuan untuk mewarnai struktur mikrooorganisme. Pengecatan ini menggunakan larutan kristal violet yang berwarna ungu sebagai zat warna. Pada pengamatan pewarnaan basa ini, objek mikroba diambil dari isolat, setelah pengecatan diperoleh bakteri tersebut berwarna ungu, yang berarti bakteri tersebut menyerap zat warna cat tersebut sehingga nampak pada mikroskop. Zat warna yang umumya digunakan adalah yang bersifat alkalin (kromofornya bermuatan positif).
Setelah pengamatan dibawah mikroskop, diperoleh preparat mikroba berwarna ungu sedangkan bakteri sendiri tidak berwarna (berwarna putih) dan berbentuk coccus (bulat) dengan berbagai variasi morfologi yang dibentuk oleh bakteri berbentuk coccus (bulat) tersebut, diantaranya berbentuk monococcus (coccus tunggal), dicoccus (berpasangan), streptococcus (membentuk untaian), dan staphilococcus (seperti buah anggur).



BAB V
PENUTUP
A.      Simpulan
     Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah preparat mikroba berwarna ungu dan berbentuk coccus (bulat) dengan berbagai variasi morfologi yang dibentuk oleh bakteri berbentuk coccus (bulat) tersebut, diantaranya berbentuk monococcus (coccus tunggal), dicoccus (berpasangan), streptococcus (membentuk untaian), dan staphilococcus (seperti buah anggur).
B.     Saran
       Sebaiknya melakukan praktikum dengan lebih teliti lagi sehingga dapat menghindari kesalahan dalam praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Dwidjoseputro, 2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Karya Unipress, Malang.
Fitri, Lenni dan Yekki Yasmin, 2008, Isolasi Dan Pengamatan Morfologi Koloni   Bakteri Kitinolitik, Unsyiah, Aceh.

Hadioetomo, Ratna Siri, 1993, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek (Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium). Gramedia. Jakarta.

Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2, UI           Press, Jakarta.

Purwohadisantoso, Kristian, Elok Zubaidah, Dan Ella Saparianti, 2009, Isolasi       Bakteri Asam Laktat Dari Sayur Kubis Yang Memiliki Kemampuan    Penghambatan Bakteri Patogen (Staphylococcus Aureus, Listeria             Monocytogenes, Escherichia Coli, Dan Salmonella Thypimurium), Jurnal   Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1, Universitas Brawijaya, Malang.

Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G. Darmayasa, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Program Studi Farmasi FMIPA UNUD. Laboratorium Mikrobiologi JurusanBiologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.

Waluyo, lud,2004, Mikrobiologi Umum, Malang : UMM Press.

Comments

  1. mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
    BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
    BONUS REFERAL 20% seumur hidup

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makalah Sediaan Steril "Salep Mata"

laporan praktikum FARFIS II "Sedimentasi Partikel Suspensi"

Laporan FARFIS II "Fenomena Distribusi"